Rumah Sakit Kanker Dharmais (RSK Dharmais) sebagai Pusat Kanker Nasional dan RS Koordinator Pengampu Layanan Kanker serta RS Pengampu Regional Layanan Kanker salah satunya untuk Provinsi DK Jakarta, menyelenggarakan kegiatan Sosialisasi Penelitian USG Triase pada Perempuan dengan Hasil Pemeriksaan Payudara Klinis (Sadanis) Positif sebagai studi percontohan nasional, tahun 2025-2028 didukung oleh The International Agency for Research on Cancer (IARC) melalui kerangka kerja The Cancer Screening in Five Continents (CanScreen5) pada Senin, 2 Juni 2025, bertempat di Ruang Rapat Internasional RSK Dharmais, Jakarta.

Latar belakang dari penelitian ini merupakan implementasi tindak lanjut jangka pendek Rencana Kanker Nasional 2024 - 2034 sejalan juga mendukung Program Pemeriksaan Kesehatan Gratis (PKG) sebagai salah satu Program Hasil Terbaik Cepat (Quick Win) Presiden mengacu Kepmenkes RI No. HK.01.07/Menkes/ 33/ 2025 dimana salah satunya terdapat pemeriksaan Payudara Klinis (Sadanis). Sejalan dengan itu, penelitian ini juga akan menjawab The Global Breast Cancer Initiative (GBCI)– WHO, dimana terdapat tiga pilar, Pilar 1. Promosi Kesehatan untuk Deteksi Dini dengan target 60% kanker payudara ditemukan pada stadium awal.

dr. Triya Novita Dinihari, Ketua Tim Kerja Penyakit Kanker, Direktorat Penyakit Tidak Menular, Kementerian Kesehatan menyampaikan pada tahun 2022, diperkirakan terdapat sekitar 65.000 kasus baru kanker payudara di Indonesia, dengan 22.000 kematian akibat penyakit ini. Yang mengkhawatirkan, sebagian besar kasus masih ditemukan dalam stadium lanjut, saat peluang untuk sembuh semakin kecil. Karena itu, deteksi dini, skrining, dan diagnosis awal sangat penting dan menjadi kunci utama dalam upaya pencegahan kanker payudara.

“Penelitian terdahulu menunjukan implementasi deteksi dini kanker dapat mengurangi angka kematian hingga 30-50 persen dengan intervensi yang tepat waktu dan pengobatan yang sesuai,” ungkapnya.

Untuk itu, kegiatan Sosialisasi Penelitian USG Triase pada Perempuan dengan Hasil Pemeriksaan Sadanis Positif sebagai studi percontohan nasional tahun 2025-2028 bisa digunakan sebagai intervensi program kanker di Indonesia. Program ini diharapkan dapat menjadi bagian dari peningkatan skrining dan deteksi dini kanker payudara di Indonesia.

“Dapat menjadi rekomendasi dan solusi untuk bagaimana USG Triase menjadi layanan deteksi dini kanker payudara yang dilakukan oleh dokter non radiologi menjadi strategi untuk mempercepat diagnosis kanker payudara,” jelasnya.

Saat ini, menurut dr. Dini, angka kesintasan lima tahun kanker payudara di berbagai negara menunjukkan kesenjangan yang cukup besar. Di negara maju, tingkat kesintasan mencapai sekitar 90%, sementara di India sekitar 66%, dan di Afrika Selatan hanya 40%. Di Indonesia, berdasarkan data BPJS Kesehatan, tingkat kesintasan lima tahun tercatat sebesar 56,8%. Angka ini menunjukkan bahwa masih dibutuhkan upaya yang lebih kuat dan menyeluruh untuk meningkatkan peluang hidup pasien kanker payudara.

“Peningkatan angka kesintasan ini juga menjadi visi utama dalam strategi pencegahan dan pengendalian kanker di Indonesia,” ujar dr. Dini.

Skrining kanker, khususnya kanker payudara, saat ini telah didorong untuk dilakukan di fasilitas layanan kesehatan primer melalui pemeriksaan payudara secara klinis (Sadanis). Pemeriksaan Sadanis ini juga menjadi bagian wajib (mandatori) dalam program Cek Kesehatan Gratis yang sedang digencarkan oleh Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.

Pada tahun 2023, Kementerian Kesehatan melakukan penyesuaian dalam metode skrining kanker payudara. Jika sebelumnya skrining hanya dilakukan melalui pemeriksaan payudara secara klinis (Sadanis), kini skrining dapat dilanjutkan dengan pemeriksaan USG pada peserta dengan Sadanis positif, terutama untuk memastikan deteksi benjolan yang berukuran kurang dari 2 cm. Perubahan ini bertujuan untuk meningkatkan akurasi dalam mendeteksi tanda, gejala, serta kecurigaan kanker payudara sejak stadium awal, sehingga pasien bisa mendapatkan penanganan lebih cepat dan peluang kesembuhan pun lebih tinggi.

dr. Dini menambahkan bahwa upaya terus dilakukan untuk mendorong agar pemeriksaan Sadanis ini dapat menjangkau layanan kesehatan terdepan, seperti Puskesmas, sehingga deteksi dini bisa dilakukan sedekat mungkin dengan masyarakat.

“Di saat yang sama, kualitas layanan juga tetap dijaga melalui pengembangan sistem yang akan disusun berdasarkan dari penelitian USG Triase pada perempuan dengan hasil Sadanis positif ini,” tambahnya.

Mewakili Direktur Utama RSK Dharmais, Manajer Pendidikan dan Pelatihan, Ns. Retno Setiawati, S.Kep., MKM, mengatakan penelitian ini merupakan langkah awal dan dasar penting dalam upaya menurunkan angka kematian akibat kanker payudara, dimana kanker payudara merupakan kanker pada wanita dengan angka kematian tertinggi di Indonesia. Menurutnya, hasil dari penelitian ini dapat berkontribusi pada peningkatan deteksi dini kanker payudara, sehingga angka kejadian dan kematian dapat ditekan melalui penanganan yang lebih cepat dan tepat.

“Sehingga memang perlu kita upayakan untuk meminimalkan atau mengurangi angka kematian yang tinggi ini akibat dari payudara. Salah satunya dapat melalui penelitian yang dilakukan untuk mendukung deteksi dini kanker,” katanya.

Sementara itu, dr. Kardinah, Sp.Rad, Subsp.P.R.P. (K) sebagai Peneliti Utama menyampaikan penelitian ini merupakan kerja kolaboratif lintas bidang yang juga melibatkan rekan-rekan dari Kementerian Kesehatan, Dinas Kesehatan Provinsi dan Kota, serta Puskesmas. Penelitian ini tidak hanya fokus pada aspek medis, tetapi juga menyentuh aspek populasi.

“Untuk tahap awal, Jakarta Barat menjadi fokus lokasi penelitian, karena RSK Dharmais sebagai RS Pengampu Regional Layanan Kanker salah satunya untuk Provinsi DK Jakarta. Namun, ke depan, kerangka kerja dapat diperluas ke wilayah lain,” terangnya.

RSK Dharmais telah menyusun metodologi penelitian yang jelas, memiliki target, linimasa, serta kebutuhan data yang akan diselaraskan dengan data Puskesmas dan Kementerian Kesehatan. Selain itu, dokter umum di Puskesmas dapat dilatih untuk melakukan USG triase, sehingga deteksi dini bisa dilakukan langsung di layanan primer.

“Dokter umum di Puskesmas akan dapat melakukan triase terhadap benjolan payudara. Dari hasil triase ini, benjolan akan dikategorikan apakah tergolong ‘simple cyst’ atau ‘non-simple cyst’. Jika masuk dalam kategori ‘non-simple cyst’, maka pasien perlu dirujuk ke rumah sakit untuk pemeriksaan dan penanganan lebih lanjut,” kata dr. Kardinah.

Rumah Sakit Kanker Dharmais memberikan dukungan penuh, terutama dalam hal penanganan pasien yang dirujuk dari Puskesmas. Agar proses rujukan berjalan lancar, sistem internal di Rumah Sakit Dharmais juga akan ditata dengan baik.

Kegiatan ini diikuti oleh peserta dari Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta, Suku Dinas Kesehatan Jakarta Barat, serta sejumlah Puskesmas di wilayah Jakarta Barat dengan harapan dapat mendukung implementasi penelitian di lapangan dan memperkuat upaya deteksi dini kanker payudara di masyarakat.

Share:

Tags: Penelitian USG Triase

Leave a Comment